Sunday, October 30, 2011

Danau Para Sufi

Akhirnya selesai juga baca buku 'Ayahku (bukan) Pembohong'-nya Tere Liye. :D Setelah baca bukunya pengen banget nanti jadi ibu yang punya banyak cerita buat anaknya. Membangun budi anaknya lewat cerita. Cerita-cerita yang tanpa sadar menjadi bagian dari hidupnya. Mengukir setiap tiang penyangga bangunan kalbunya sehingga menjadi hati yang indah, yang akan dibawanya ke mana saja.  Just like Dam (center cerita ini). :)

Satu bagian cerita Ayah Dam yang menjadi catatan saya adalah tentang Danau Para Sufi, cerita terakhir dari beliau sesaat sebelum menutup mata. Cerita yang menjawab pertanyaan Dam tentang 'Apakah selama ini ibunya bahagia?'

Diceritakan bahwa dulu Ayah Dam pergi ke suatu tempat untuk mengunjungi para sufi yang hidup jauh dari hingar bingar duniawi. Sebenarnya Ayah Dam mengajukan satu pertanyaan, 'Bagaimana agar bisa selalu menjadi bahagia?' Dari sekian Sufi yang beliau temui, tidak ada seorang-pun yang menjawab dengan memuaskan hati. Sampai akhirnya dia bertem dengan seorang sufi sepuh di suatu lereng gunung. Sang sufi terkenal bijaksana dan mempunyai beribu murid.
Ayah Dam bertanya kepada beliau tentang hakikat kebahagiaan. Mengapa hati bisa sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kehidupan seseorang? Mengapa seseorang bisa berubah sangat gembira ketika mendapat kejutan, hadiah, kabar baik dan hal-hal lain yang menyenangkan? Di sisi lain, dapat pula menjadi sangat terpuruk dengan adanya kabar sedih dan menyakitkan? Mengapa kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh hati?
 
Awalnya Sang Sufi hanya menggelang, dan tersenyum. Sangat susah untuk menjawab pertanyaan itu. Kemudian Sang Sufi memberikan suatu tugas aneh. Untuk dapat menjawab pertanyaan itu, sang sufi meminta Ayah Dam untuk pergi ke suatu daerah yang tidak jauh dari tempat itu. Di daerah itu terdapat kampung yang dekat dengan sumber air. Penduduknya sangat membutuhkan danau untuk menampung air.  Sang Sufi meminta Ayah Dam untuk membuat sebuah danau dengan air yang bening di sana. Sang Sufi  berkata bahwa Ayah Dam dapat menemukan arti kebahagiaan setelah menyelesaikan danau itu. Sang Sufi berjanji akan mendatanginya setahun kemudian setelah danau jadi.

Ayah Dam berangkat ke gunung dan memulai membangun danau. Danau dengan air yang jernih. Ayah Dam menggali tanah dengan ukuran besar, berkedalaman tiga meter dan dibuat seluas dua kali lapangan sepakbola.   Siang malam Ayah Dam bekerja, hingga danau itupun selesai menjadi danau yang luas dan  dialiri air jernih yang berasal dari cumber mata air melalui parit-parit yang telah dibangun. Tepat setahun waktu yang ditentukan, Sang Sufi datang berkunjung. Namun sayangnya, malam sebelum Sang Sufi datang, turun hujan yang lebat, sehingga membuat air dari sumber menjadi keruh sehingga membuat  kotor air danau .Sang Sufi berkata bahwa Ayah Dam belum berhasil membuat danaunya. sang Sufi meminta Ayah Dam untuk menyelesaikan permasalahan itu.

Dengan kepandaiannya, Ayah Dam memutuskan untuk memberi saringan pada setiap parit yang mengalirkan air, sehinggga kotoran tidak ikut masuk ke danau. Tepat setahun setelah pertemuan terakhir, Sang Sufi datang untuk melihat. Ayah Dam merasasangat percaya diri bahwa pekerjaannya setahun belakangan pasti akan membawa hasil yang memuaskan, yaitu jawaban sang Sufi atas pertanyaannya.

Ternyata di luar dugaan, sang Sufi mengambil sebilah tongkat kayu panjang dan mengaduk-aduk dasar kolam. Hanya dalam hitungan detik, air danau menjadi keruh. Sang Sufi berkata, bahwa Ayah Dam belum berhasil membuat danau dengan air yang jernih.

Ayah Dam merasa sedih, hasil kerja kerasnya selama dua tahun tidak menghasilkan apa-apa. Kemudian karena sedihnya, Ayah Dam memutuskan untuk menggali dan terus menggali danau sampai jauh di dalam tanah. Apapun beliau lakukan, pekerjaan itu beliau lakukan selama kurang lebih tiga tahun, sampai akhirnya kedalaman danau mencapai sumber air di dalam tanah. Akibatnya air sumber itu mengalir hingga memenuhi danau buatan Ayah Dam. dan di saat air danau mulai penuh, Ayah Dam baru dapat mengerti, sederas apapun hujan yang turun dan sekuat apapun adukan yang mengenai dasar danau itu, air danau itu akan tetap menjadi jernih. Air danau akan tetap menjadi jernih karena air dari sumber akan terus mengalir, menjernihkan kembali kotoran-kotoran yang ada. Menstabilkan dan menenangkan.

Itulah makna kebahagiaan. Semua datang dari dalam hati. Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri. Hati yang jernih dan sehat akan merasai kebahagiaan dengan tenang dan menenangkan. Tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya hadiah kejutan, kabar bahagia yang mengejutkan.  Tidak pula terlalu terganggu  dengan  kejadian-kejadian yang menyedihkan, kehilangan dan hal-hal remeh temeh yang menyita perhatian. Itulah hakikat kebahagiaan. Sumbernya dalah dari hati yang sejernih. Sejernih mata air danau para sufi di cerita Ayang Dam. :)

Wah, masih sering terlalu terpengaruh hal-hal yang kecil dan remeh temeh nih. Bukti bahwa hati belum bisa menjadi sejernih air sumber. :)

So, mari bertahan dan berusaha menjadi lebih baik. :* (kiss) bukan (piss) apalagi (cheese). :D

0 comments:

 
The Hueys Blogger Template by Ipietoon Blogger Template