Monday, December 13, 2010

CukupLah kematian sebagai pelajaran,,,


Pagi ini Mas telpon mengabarkan jika Bang Imron, pemilik warung halal di kampus Bangkhuntien meninggal dunia. Memang sudah kurang lebih tiga bulan ini Bang Imron sakit. Kata Pa (bibi) Lek, istrinya, Bnag Imron sakit kanker hati. Karena sakit Bang Imron inilah warung halal di Bangkhuntien lebih sering tutup jika dibandingkan dengan warung lain.

Masih kuingat, ketika itu Pa Lek mulai jualan lagi tanpa Bang Imron, hanya dengan si Kembar Norng Lak sama Kha. Saat itu kutanya, 'Bang Imron sabai dee mai?' yang berarti apakah Bang Imron baik-baik saja? Dia menjawab, 'Long (paman) mai sabai', yang kutahu artinya, Bang Imron sedang tidak dalam keadaan baik. Pa Lek mencoba menerangkan dengan sebisanya, tapi bahasa membatasi kami. Dia menerangkan sambil mengelus-elus perutnya. Hem, meskipun tak bisa menangkap maksudnya, kuyakin penyakit Bang Imron terbilang parah, karena kulihat Pa Lek menyeka air matanya yang jatuh dengan celemek bututnya.

Beruntung ada p'Pun dari lab sensor yang datang untuk sarapan dan menjadi jembatan komunikasi antara kami. Dari p'Pun kutau bahwa Bang Imron menderita penyakit kanker hati atau limpa yang mungkin sudah dalam stadium yang lanjut. P'pun bilang, 'So sad, na. I can feel what she feel, coz i also have a husband' Hem,,,Kuminta P'Pun bilang ke Pa Lek agar sabar dan aku berkata akan kuminta student Indonesia berdoa untu
k kesehatan Bang Imron. Dan Pa Lek menggangguk.

Setelah itu kucoba untuk mencoba mengajak anak-anak menjenguk Bang Imron di sela kesibukan kami, namun sampai ajal menjemput Bang Imron tadi pagi sebelum subuh (4 am), kita belum bisa menunaikan hak saudara kita sesama muslim tersebut. Dan saya hanya bisa berharap bahwa saya dapat menunaikan hak Bang Imron yang lain, yaitu mengantarkan jenazahya.

Ketika mengantarkan jenazahnya tadi, saya merasa sangat sedih, karena Bang Imron yang baik hati meninggal dunia, sekaligus saya teringat kepada Mbah uti yang meninggal ramadhan kemarin. Dengan penyakit yang hampir mirip dengan Bang Imran yaitu Tumor di lehernya, yang saya lupa namanya.

Di ramadhan itu ALLAH menjemput mbah uti, setelah kuRang lebih datu tahun menderita sakit tersebut. Di suatu hari Jumat yang mendung di Bangkok. Saya tak tak bergeming dari depan pompa vacuum di Lab kotor di EcoWaste. Mulai dari waktu selesai shalat jumat, sampai pukul lima menjelang berbuka, tak tau mengapa hati merasa cemas. Mencoba menggerusnya dengan estafet tilawah, tapi belum juga hilang. Tidaklah perduli dengan Mas Yus yang sedang menyiapkan buka puasa di pantry Lantai 3.

Ternyata di saat itulah nun jauh di bujur lain, Mbah uti berpulang. Dan berita mengalir ketika saya sedang menginap di kampus, tidak ada teman, sendirian. Ya ALLAh,,, hati sesak. Tenggorokan terasa sakit. Mbah uti-ku. Yang tidak pernah menangis selama ingatan ini. Bahkan ketika Mbah Kung meninggal 11 tahun yang lalu. Tetapi terakhir kali kudengar suaranya ketika meneleponku sebulan tepat sebelum kepergiannya, berkata dengan tangis yang tercekat, 'Nduk, mbah uti kangen kowe,,,,'. 'Inggih, mbah. Mangke gek ndang ujian, gek ndang wangsul'.

Karena itulah air mataku meleleh ketika kulihat proses penguburab Bang Imron tadi sore. Karena tak sempat kulihat wajah mbah uti untuk terakhir kali, tak sempat kumandikan dan kusholati jenazahnya...

Ya Rabb semoga kepergian oRang-orang yang kami cintai karena Mu ini,, memberi pelajaran yang berharga bagi kami. Tentang suatu saat di mana kami akan sendiri, dan berpisah dengan dunia dan semua yang selama ini ada bersama kami. Ya, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagi kami...

Selamat jalan Bang Imron dan mbah uti,,,


6 comments:

Fifin said...

"kanker hati..."
yah lewat penyakit itu juga embah kami meninggal seminggu yang lalu

Kafaa bil mauti waa idzon - cukuplah kematian sebagai pelajaran

nimassunyoto said...

ikut belasungkawa ya, pak..

phitoz said...

Innalillahi wa inna illaihi roji'un. May jadi inget waktu main ke rumah eyangmu. Sabar ya May, semua ciptaan Allah pasti kembali ke Alloh. Semoga kamu dan keluargamu dikasih kesabaran dan ketabahan.
Bulan ramadhan tahun ini keluarga + orang di kantorku meninggal 4 orang.

Ngeri padahal kemarin tidak apa-apa besoknya sudah meninggal. Ya, semuanya adalah pelajaran yang berharga bagi kita untuk memilih dimana tempat kita akan mati.
(heppy)

nimassunyoto said...

jazakiLLahu khoiR, happy,,,
saatnya beLajaR menjadi kuat,,,

*suwe gak ketemu,, hehhe

Unknown said...

allohummaghfirlaha warkhamha

9ethuk said...

hehmm,

Bentar lagi pulang, ndang sambang sambang. Asal ora golong koming neng nggon.

 
The Hueys Blogger Template by Ipietoon Blogger Template