Sunday, October 30, 2011

Nikon D100


Dulu Mas Yusron  (Labs mate-ku) punya Nikon juga. Dia beli di Thai seharga 13,000 THB, kira-kira sekitar IDR 3,9 juta. Tapi hasil jepretennya biasa-biasa aja. Kalo nggak bisa dibilang hampir mirip sama kamera-kamera pocket biasa. Tapi pas kemaren mau berangkat short course ke Jepang, Mas Yusron jual si Nikon ke sodaranya.

Eh,, ternyata di Jepang beli lagi yang baruuuuuuuuu. Nih die si Nikon  D100. Mas beli harganya 38,000 YJP. Kalo di-kurs kan IDR mungkin sekitar 3,8 juta. Meskipun harganya lebih murah, tapi asliiiii, jauh banget sama Si Nikon yang pertama. Hehe. apa mungkin karena beli di negara asalnya. Tapi kata Mas sih tulisane 'made in Thai'. Hahha. Seharian ini main sama dia. Langsung jatuh hati dan ingin memilikinya. ;;). Hehe. Mupeng - mupeng - mupeng. huuuh. :( Tapi apalah daya kantong belum sampai ke sanaaaaa. Nabung dulu - nabung dulu,,,, :'( Ya Alloh, semoga kapan-kapan bisa kebeli ni Si Nikon. Pengen pergi berpetualang ke mana-mana dan mengabadikan momen untuk dapat mengenangnya di suatu saat. :) Wa wa waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa wes. Pengenenan mbak iki. ;)


Danau Para Sufi

Akhirnya selesai juga baca buku 'Ayahku (bukan) Pembohong'-nya Tere Liye. :D Setelah baca bukunya pengen banget nanti jadi ibu yang punya banyak cerita buat anaknya. Membangun budi anaknya lewat cerita. Cerita-cerita yang tanpa sadar menjadi bagian dari hidupnya. Mengukir setiap tiang penyangga bangunan kalbunya sehingga menjadi hati yang indah, yang akan dibawanya ke mana saja.  Just like Dam (center cerita ini). :)

Satu bagian cerita Ayah Dam yang menjadi catatan saya adalah tentang Danau Para Sufi, cerita terakhir dari beliau sesaat sebelum menutup mata. Cerita yang menjawab pertanyaan Dam tentang 'Apakah selama ini ibunya bahagia?'

Diceritakan bahwa dulu Ayah Dam pergi ke suatu tempat untuk mengunjungi para sufi yang hidup jauh dari hingar bingar duniawi. Sebenarnya Ayah Dam mengajukan satu pertanyaan, 'Bagaimana agar bisa selalu menjadi bahagia?' Dari sekian Sufi yang beliau temui, tidak ada seorang-pun yang menjawab dengan memuaskan hati. Sampai akhirnya dia bertem dengan seorang sufi sepuh di suatu lereng gunung. Sang sufi terkenal bijaksana dan mempunyai beribu murid.
Ayah Dam bertanya kepada beliau tentang hakikat kebahagiaan. Mengapa hati bisa sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kehidupan seseorang? Mengapa seseorang bisa berubah sangat gembira ketika mendapat kejutan, hadiah, kabar baik dan hal-hal lain yang menyenangkan? Di sisi lain, dapat pula menjadi sangat terpuruk dengan adanya kabar sedih dan menyakitkan? Mengapa kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh hati?
 
Awalnya Sang Sufi hanya menggelang, dan tersenyum. Sangat susah untuk menjawab pertanyaan itu. Kemudian Sang Sufi memberikan suatu tugas aneh. Untuk dapat menjawab pertanyaan itu, sang sufi meminta Ayah Dam untuk pergi ke suatu daerah yang tidak jauh dari tempat itu. Di daerah itu terdapat kampung yang dekat dengan sumber air. Penduduknya sangat membutuhkan danau untuk menampung air.  Sang Sufi meminta Ayah Dam untuk membuat sebuah danau dengan air yang bening di sana. Sang Sufi  berkata bahwa Ayah Dam dapat menemukan arti kebahagiaan setelah menyelesaikan danau itu. Sang Sufi berjanji akan mendatanginya setahun kemudian setelah danau jadi.

Ayah Dam berangkat ke gunung dan memulai membangun danau. Danau dengan air yang jernih. Ayah Dam menggali tanah dengan ukuran besar, berkedalaman tiga meter dan dibuat seluas dua kali lapangan sepakbola.   Siang malam Ayah Dam bekerja, hingga danau itupun selesai menjadi danau yang luas dan  dialiri air jernih yang berasal dari cumber mata air melalui parit-parit yang telah dibangun. Tepat setahun waktu yang ditentukan, Sang Sufi datang berkunjung. Namun sayangnya, malam sebelum Sang Sufi datang, turun hujan yang lebat, sehingga membuat air dari sumber menjadi keruh sehingga membuat  kotor air danau .Sang Sufi berkata bahwa Ayah Dam belum berhasil membuat danaunya. sang Sufi meminta Ayah Dam untuk menyelesaikan permasalahan itu.

Dengan kepandaiannya, Ayah Dam memutuskan untuk memberi saringan pada setiap parit yang mengalirkan air, sehinggga kotoran tidak ikut masuk ke danau. Tepat setahun setelah pertemuan terakhir, Sang Sufi datang untuk melihat. Ayah Dam merasasangat percaya diri bahwa pekerjaannya setahun belakangan pasti akan membawa hasil yang memuaskan, yaitu jawaban sang Sufi atas pertanyaannya.

Ternyata di luar dugaan, sang Sufi mengambil sebilah tongkat kayu panjang dan mengaduk-aduk dasar kolam. Hanya dalam hitungan detik, air danau menjadi keruh. Sang Sufi berkata, bahwa Ayah Dam belum berhasil membuat danau dengan air yang jernih.

Ayah Dam merasa sedih, hasil kerja kerasnya selama dua tahun tidak menghasilkan apa-apa. Kemudian karena sedihnya, Ayah Dam memutuskan untuk menggali dan terus menggali danau sampai jauh di dalam tanah. Apapun beliau lakukan, pekerjaan itu beliau lakukan selama kurang lebih tiga tahun, sampai akhirnya kedalaman danau mencapai sumber air di dalam tanah. Akibatnya air sumber itu mengalir hingga memenuhi danau buatan Ayah Dam. dan di saat air danau mulai penuh, Ayah Dam baru dapat mengerti, sederas apapun hujan yang turun dan sekuat apapun adukan yang mengenai dasar danau itu, air danau itu akan tetap menjadi jernih. Air danau akan tetap menjadi jernih karena air dari sumber akan terus mengalir, menjernihkan kembali kotoran-kotoran yang ada. Menstabilkan dan menenangkan.

Itulah makna kebahagiaan. Semua datang dari dalam hati. Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri. Hati yang jernih dan sehat akan merasai kebahagiaan dengan tenang dan menenangkan. Tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya hadiah kejutan, kabar bahagia yang mengejutkan.  Tidak pula terlalu terganggu  dengan  kejadian-kejadian yang menyedihkan, kehilangan dan hal-hal remeh temeh yang menyita perhatian. Itulah hakikat kebahagiaan. Sumbernya dalah dari hati yang sejernih. Sejernih mata air danau para sufi di cerita Ayang Dam. :)

Wah, masih sering terlalu terpengaruh hal-hal yang kecil dan remeh temeh nih. Bukti bahwa hati belum bisa menjadi sejernih air sumber. :)

So, mari bertahan dan berusaha menjadi lebih baik. :* (kiss) bukan (piss) apalagi (cheese). :D

Sunday, October 23, 2011

Apakah semua ini karena kekejianku?

Aku pernah bertanya kepadamu, 'Apakah ada lelaki seperti bapakku? Seperti mbah kung dan om-ku?'

Dan kau berkata, 'Ada. Bapak, mbah kung dan om-mu buktinya. Itu sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan.'

'Lalu kubilang lagi, 'Aku takut.'

'Takut apa?'

Lanjutmu, 'Yen iki soal jodoh, maka dengarkan nasehat Didi Kempot: Jodho kuwi saka Gusti, manungsa sing nglakoni.'

Sejenak ku menyeringai. Lalu kubilang: 'Aku takut berpisah.'

'Lho lho, perpisahan itu berbanding lurus dengan pertemuan.'

Berusaha kucerna. Benar juga. Jika tidak dipertemukan kita tidak akan dipisahkan. Dan perpisahan itu sesuatu yang pasti ada dalam setiap pertemuan. Jika tak bertemu, tak mungkin akan merasai perpisahan.

Kuterdiam.

Dan kau berkata lagi. 'Yen aku, aku memegang nasehat seseorang. Baca 24:26.'

Kubuka mushafku:
'Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula...'
'Masih perlu analog? Aku tahu kow pasti tau.'

'Berarti Bapak, Mbah Kung, Om? Tak lepas dari apa yang diperbuat oleh Mami, mbah uti, tante?'
'Iyo, untuk mendapat yang baik, maka perbaiki diri kita dulu. Atau istilah motivator: melayakkan diri kita untuk mendapatkan yang terbaik.'

'Kejikah aku bila mendapat pendamping yang keji?'

'Aku tak menyebut kamu yang terbaik, tapi kamu lebih tau daripada aku. Prinsipku: jodoh itu bukan memilih tapi dipilihkan. Maka mintalah yang terbaik bagi pada Yang Memilihkan.'

'Tapi aku terlalu takut berharap,,,'

'Hmm, aku tak tau konteks pembicaraanmu, tapi nasehatku, jangan buru-buru. Jangan turunkan standarmu dengan menaikkan kualitasmu. Dan yang pasti: JANGAN BERPUTUS HARAPAN PADA ALLAH. HARAM.'

' :( '

' Ubah :( menjadi :)'

'Everything has reasons and season. Intinya adalah pengendalian diri, Mengubah pest menjadi pets.'

Maka di akhir pembicaraan itu, kucoba merenungi lagi. Kucoba kuevaluasi lagi. Seperti apa diriku, Hatiku. Sudah pantaskah aku mendampingi seseorang yang baik? Ataukah aku memang hanya layak mendampingi seorang lelaki yang keji karena kekejianku? Atau jangan-jangan lelaki yang kudampingi menjadi keji karena kekejianku? Naudzubillah min dzalik,,, Tak bisa bersama belajar menjadi lebih baik karena ketidak mampuanku mengendalikan diriku?

-Di tengah hujan rintik Malang, Suhat PTP I/7. Di saat ku sangat kehilangan kepercayaan diriku-

Friday, October 21, 2011

Miss Ajarn So,,,

I dont know why. Today I feel miss my Ajarn so. I always see her happy. At least have a fresh look.
My labs mate told me about her last time we met. He said Ajarn looking forward for our email to her. Yes, I remember that she ever said to me to always contact her. To always tell her about our up date. 
Today I emailed her. I send her our graduation ceremony photograph. The photograph entitled ‘Brawijaya Smile’
Hope to send her the other photographs soon. Send the pieces of our smiles, papers, our conference presentations, our books. All of things can make her smile. To tell her our gratefull thanks,,,,
Thank you Ajarn,,,

Wednesday, October 19, 2011

Langkah Kecil itu Bernama Shalat Dhuha

Dari Anas berkata : Rasulullah bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata: kekasihku nabi saw mewasiatkan kepada tiga perkara : “Berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua rakaat dan shalat witir sebelum saya tidur”. (HR. Bukhari Muslim) 

Entah, sholat Dhuha rasanya selalu memberi sensasi tersendiri bagi saya. Seperti selalu mendapat kekuatan baru ketika menyelesaikannya. Mungkin karena saya selalu susah untuk bangun shalat malam, jadi saya selalu balas dendam di waktu Dhuha. Rasanya, sebelum menghadapi dunia di luar sana, saya selalu diingatkan untuk tidak melupakan alam setelahnya. Serasa mendapatkan energi besar untuk menghadapi apapun yang ada di depan saya.

Perasaan yang sama itu selalu hadir setiap kali saya merasa gelisah, cemas, gundah dan mungkin galau, ya,, Di sepanjang hidup saya mungkin. Ketika SMA, menjelang ujian negara, rasa cemas selalu melanda karena tahun pertama uji coba standar kelulusan. Begitu lulus, gundah menunggu hasil ujian perguruan tinggi,,,Setelah masuk perguruan tinggi gundah dengan segala pernak-pernik dan tantangan di dalamnya. Gundah juga ketika menunggu pekerjaan apa yang akan saya dapatkan. Bahkan rasa gundah ketika saya harus memilih di antara dua pilihan.

Dua rakaat itu selalu hadir untuk menguatkan. Mendekatkan. Menegaskan. Setidaknya sebagai tempat saya merengek padaNya, sebelum menghadapi dunia. Shalat yang bahkan tak saya tahu apa kemuliaanya. Tetapi dengan hanya melaksanakannya sudah berefek begitu luar biasa. Shalat dhuha bahkan dapat membebaskan kita dari kewajiban mensedekahi setiap jengkal tulang ruas kita: Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,
”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.” 
Bayangkan jika setiap pagi kita mensedekahi ketiga ratus enam puluh ruas tulang kita,,,Bahkan malaikat atas ijin ALLAH akan mendoakan kita pada pagi hari itu,,,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270) 
Maka, pada saatnya Allah akan memberikan jalan pada setiap tahapan dalam hidup kita,,,

“Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’ ayat 39) 

Semoga melalui langkah kecil remeh kita ini, Allah akan senantisa bersama kita dalam semua kondisi dan suasana. Dan mungkin Allah akan memberi, bahkan sebelum kita sempat meminta,,,

”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq ayat 2-3)

Sunday, October 16, 2011

Biak

 

Ternyata Biak itu memang jauh,,,
 
The Hueys Blogger Template by Ipietoon Blogger Template