Tuesday, February 3, 2009

peLangi



-->

Kerto Rahayu No 2 20/01/2009 (17.23)
Backsound: Laskar Pelangi (Nidji), Pelangiku (Sherina)
Sore ini aku benar-benar melihatnya. Dengan mata dan kepalaku sendiri. Tadi pas mau ke rumah neneknya Riza, sepulang kantor. Bagus sekali. Di langit sebelah barat.. ah aku selalu saja keliru menunjuk arah di sana. Padahal sudah hampir setahun. Berarti tepatnya di langit sebelah utara. Tepat searah dengan sawah Pak Man, yang ditinggalnya entah ke mana. Sampai bingung aku mengembalikan kunci kantor. Belakangan kutahu ternyata pak Man pergi memancing-kata Gondhek,anaknya.
Hari ini sepi. Riza gak masuk, neneknya meninggal kemaren sore. Mas Ndul gak jadi maen ke kantor. Padahal kemarin kita bertiga janjian makan mie ayam mbak Wid yang porsinya segede gunung Panderman itu, he,, porsi petani. Ternyata sepi itu gak enak. Mana hujan rintik-rintik..di kantor sepi. Jadi ngeri,he. Biasanya nek waktu gitu. Aku miscall orang-orang. Sms mereka. Aku takut hujan. Rasanya seperti mau mati.
Dulu ketika aku kecil, sering aku tidur-tiduran di kursi ruang tamu. Sambil melihat awan beRgulung. Besar, putih, empuk, indah. Aku selalu berharap oki, nirmala atau ratu bidadari melongok dan melambai ke arahku, he. Tapi di saat hujan kemudian turun, aku merasa takut. Sendiri. Bapak belum pulang. Mami PKK. Mbak idja maen. Moyo, masih di perut mami, kaLe. Mbah uti sama mbah kong etan masih di warung.
Tiba-tiba semua menjadi gelap dan bau tanah yang menyerengat selalu mengingatkanku pada suasana pekuburan di belakang penjara-mbuen yang kadang kulewati saat diajak Bapak maen ke rumah temannya di ‘Nglorok’. Petir sesekali terdengar. Bayangan tentang kesendirian selalu membuatku takut. Tidak ada mami, bapak, mbak, adek, mbah,,, Takut. Dan perasaan itu selalu hadir dan terasa saat hujan. Saat sendiri. Sampai sekarang.
Dulu pernah kutemukan pelangi. Sesuatu yang terasa lebih dari pelangi. Teman. Setiap saat. Sebagian besar saatku, kurasa. Terkadang di saat hujan. Aku tahu harus mencari siapa di saat hujan. Dia. Itu dulu. Memang, pelangi selalu datang sebentar. Tapi berkenang. Kataku pas ditanya Djodi kenangan itu Unforgetable moment. Yet, powerfull. Dan memang. Ketika kumengenang pelangiku, it’s powerfull enough,indeed.
Sekarang harus kuhadapi hujan sendiri, setelah lama berselang. Aku masih saja berharap pelangi hadir di kala hujan, menemani, seperti dulu. Terkadang. Tapi terkadang kurindu merasai hujan dengan perasaanku sendiri. Bersama harapan kan datangnya mami lebih awal dari PKK, Bapak dari urusannya, mbak dari rumah temannya, atau mbah dari warung. Atau tiba-tiba mbak Tanti datang untuk mengajakku bersahabat dengan hujan. Main hujan-hujanan. Dan kurasa mungkin itu lebih asyik, daripada takut dengan perasaanku sendiri.
Sekarang, di saat kuhadapi hujan sendiri. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Memunculkan harapan-harapan lain yang akan menghapus rasa takutku. Mencari teman. Yang akan menenangkan, menghibur, atau bahkan mengajakku bersahabat dengan hujan.
Pelangi di atas sawah pak Man tadi mengingatkanku pada pelangiku dulu. Kankujalani saja hari ini dan selanjutnya. Bersama harapan dan teman-teman. Mungkin suatu saat kan kutemukan pelangi kembali.
‘ Bisikkan kisah yang lucu
Nyanyikanlah lagu merdumu
Merah kuning jingga dan ungu
Sentuhkan warnamu dalam gaunku
Ingin ku menari
Hingga kau sembunyi
Rindu pelangiku datang lagi,,,,’
(Sherina-Pelangiku)
 
The Hueys Blogger Template by Ipietoon Blogger Template